dok istimewa |
Muhammadiyah yang dikenal dengan gerakan tajdid yang diawal kedatangannya melakukan sebuah gerakan revolusioner dengan prinsip yang kokoh terhadap pengamalan keislaman mesti berdasarkan ilmu dan sebuah ilmu mesti diamalkan.
Karena hal itu, Dosen AIK Unismuh, Dr. Dahlan Lama Bawa M.Ag melaksanakan kegiatan Seminar Study dengan mengumpulkan 10 kelas Mahasiswa Mata Kuliah AIK yang diampuhnya sebagai prasyarat dalam melaksanakan final test, Jumat (09/07/2021).
Kegiatan itu dihadiri oleh kurang lebih 300 mahasiswa melalui daring zoom meeting.
Kegiatan yang mengangkat tema "Ilmu Falak dan Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah" itu menghadirkan pemateri Ahli Falak Unismuh Mursyid Fikri,S.Pd.I.,MH yang juga penerbit dua buku modul pembelajran Falak dengan Judul Modul Pembelajaran Ilmu Falak 1 dan Problematika Penentuan Awal Bulan Qomariah dan Peristiwa Gerhana.
Dr. Dahlan Lama Bawa, selaku dosen menyatakan bahwa keberadaan Muhammadiyah merupakan sebuah tuntutan zaman dengan latar belakang teologis, sosiologis, dan politis bangsa Indonesia pada waktu itu.
Lanjutnya muhammadiyah diperiode abad pertama memplopori gerakan pembaharuan pada delapan aspek akurasi arah kiblat, jadwal waktu shalat sepanjang masa, kelender islam, haji dan umrah, gerakan pendidikan, Gerakan PKU, Amil Zakat, dan Panti asuhan.
Sementara Mursyid Fikri S.Pd.I.,MH dalam materinya menyampaikan bahwa Ilmu falak dalam lintasan sejarah merupakan bagian yang terpenting dari peradaban Islam.
"Perkembangan Ilmu falak senantiasa sejalan dengan berkembangnya zaman, di Indonesia sendiri yang pertama kali memplopori pengamalan ilmu falak adalah Pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan yang merubah kiblat masjid Agung Jogjakarta waktu itu yang melenceng hingga 24°," jelasnya.
Beliau juga menekankan bahwa sebagai mahasiswa dan kader muhammadiyah memiliki amanah yang besar melanjutkan perjuangan tersebut demi meluruskan arah kiblat shalat Umat islam. Bahkan menurutnya kemelencengan 1° saja itu bisa sampai 111 Km dari ka’bah.
Terakhir beliau perpesan kepada mahasiswa untuk senantiasa memplopori dan mencerdaskan masyarakat atas segala bentuk kesalahpahaman masyarakat tentang gerakan muhammadiyah karena sejatinya muhammadiyah bergerak berdasarkan ijtihad ilmu pengetahuan yang jelas.
(hsm/pi)