Foto : Dokumentasi |
Pasalnya, mereka berhasil mengubah limbah kerang menjadi kerajinan. Mereka menghiasi benda-benda dengan limbah kerang agar tampak indah. Mulai botol, tempat permen, toples, bingkai foto, lampu dan masih banyak lagi.
"Yang paling orang minati biasanya tempat pensil dan tempat tisu," kata Pemilik usaha kerajinan kerang, Ija, Rabu (30/3/2022).
Ija menyebutkan, sebelum ditempelkan pada benda kerang itu terlebih dahulu diukir dan dibersihkan menggunakan mesin.
"Jadi kerang diolah dulu dalam mesin produksi, setelah itu baru ditempel menggunakan lem ke benda yang mau kita hias. Mesin produksi itu sumbangan Dari Dinas Perdagangan Sulsel senilai Rp 20 juta," ujar dia.
Ija mengaku, usahanya itu ia lakoni sejak 2014 lalu. Kerangnya sendiri ia beli seharga Rp 60 ribu per kilogram.
"Saya beli sama perajin kerang juga, kalau barangnya tidak ada di Parepare, saya cari di luar daerah," akunya.
Dia membeberkan, omzetnya sebelum Covid-19 mencapai Rp 6 juta per bulan. Namun saat ini, omzetnya berkurang menjadi Rp 3 juta per bulan selama Covid-19.
"Dalam sebulan, rata-rata sekarang 100 kilogram kerang habis. Sebelum Covid-19, kami bisa olah lebih dari 100 kilogram kerang dalam sebulan," katanya.
Dia menyebutkan, hasil kerajinan tangan tersebut sudah dipasarkan di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara hingga ke Kalimantan Utara.
"Kami pasarkan hasil kerajinan kami ke toko-toko, tidak hanya di Parepare tetapi di luar daerah juga. Bahkan sudah dipasarkan di Palu, Kendari hingga Tarakan," pungkasnya. (asm/pi)